Semua orang dapat belajar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) termasuk Tuli, anak dengar, orang tua, guru SLB, terapis, psikolog, para profesional dan siapa pun dari semua kalangan dan lapisan sosial. Tetapi Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) hanya menyediakan kelas untuk umur 18 tahun ke atas.
Untuk anak di bawah 18 tahun bisa belajar secara privat. Untuk informasi kelas privat, dapat menghubungi Pusbisindo di daerah domisili Anda melalui whatsapp: https://linktr.ee/kontakpusbisindo
Tunarungu adalah istilah medis untuk menggambarkan keterbatasan dari indra pendengaran (disabilitas) yang bukan bawaan lahir, dianggap sebagai sebuah keharusan untuk mengoptimalkan kemampuan pendengarannya dengan berbagai cara agar menyerupai orang-orang yang dapat mendengar. Sedangkan Tuli (penulisan Tuli dengan huruf kapital "T" sekaligus sapaan Tuli) menunjukkan identitas orang Tuli sebagai sebuah kelompok masyarakat yang mempunyai identitas, memiliki bahasa, dan budayanya tersendiri.
Kepanjangan dari Bisindo adalah Bahasa Isyarat Indonesia, yang merupakan cara komunikasi alamiah di kalangan Tuli. Bisindo muncul secara alami oleh kelompok Tuli dan kemudian berkembang melalui pengamatan dan penelitian.
Karena muncul secara alamiah, Bisindo memiliki variasi gerakan di berbagai daerah sesuai dengan budaya Tuli di daerah tersebut. Penyampaian Bisindo dilakukan dengan gerakan tangan, ekspresi dan juga bahasa tubuh
Sedangkan SIBI yang berarti Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ialah Sistem isyarat ini dibentuk oleh mantan kepala SLB yang merupakan orang dengar. SIBI diadopsi dari Bahasa Isyarat Amerika dan telah diresmikan pemerintah, namun lebih sering digunakan pada pembelajaran di SLB. SIBI dianggap lebih sulit karena mengandung kosakata yang baku dan rumit, serta memiliki awalan dan akhiran. Berbeda dengan Bisindo, SIBI disampaikan dengan satu tangan.
Bisindo adalah bahasa yang kompleks dengan tata bahasa tersendiri serta memiliki keterkaitan dengan linguistik bahasa isyarat. Selain itu, Bisindo juga merupakan bagian dari budaya dan identitas komunikasi komunitas Tuli, bukan sekadar gerakan tangan, bahasa tubuh, atau terjemahan langsung dari bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, dengar yang tidak memiliki pengalaman atau keahlian yang tepat dalam berbahasa isyarat dengan komunitas Tuli berisiko mengajarkan Bisindo secara tidak akurat dan menyimpang dari bahasa penutur aslinya, yaitu Tuli.
Untuk mencegah kesalahpahaman dan eksploitasi bahasa isyarat, pembelajaran Bisindo harus dilakukan langsung dengan guru Tuli di Pusbsiindo, organisasi Tuli, atau teman-teman Tuli.
Dengan merekomendasikan orang dengar untuk belajar langsung dari guru Tuli Pusbisindo atau komunitas Tuli, Anda turut berkontribusi dalam pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) Tuli.

Masih punya pertanyaan?